Jumat, 17 November 2017

Makalah Pengertian Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan

PENGERTIAN PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ilmu Dakwah
Dosen Pengampu : Jauharatul Farida M.Ag

    Disusun Oleh :
Muhamad Faizin                 (1601036005)
Sifni jumaila                        (1601036011)
Fitria Cahyaningrum           (1601036015) 


MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALI SONGO
SEMARANG

2017

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pengetahuan yang merupakan ahli bahasa dari knowledge, di kalangan para ahli telah dirumuskan pengertiannya, walau pun para ahli ada perbedaan rumusan redaksionalnya. Sedangkan ilmu pengetahuan atau ilmu adalah pengetahuan yang memiliki ciri, tanda dan persyaratan yang khas.
Metode ilmiah merupakan landasan epistemologi dari pada ilmu dan cara mendapatkan pengetahuan secara ilmiah. Ilmu pengetahuan itu mencari hubungan sebab akibat dari pada kenyataan yang empirik melalui metode tertentu, selain itu ilmu pengetahuan mengandung sistem moral dan nilai-nilai untuk kemaslahatan manusia.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana definisi Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan ?
2.      Bagaimana Obyek dan Metode Ilmu Pengetahuan ?
3.      Bagaimana Pengelompokan dan Fungsi ilmu Pengetahuan ?
4.      Bagaimana Ilmu Dakwah sebagai Ilmu Pengetahuan ?


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan yang merupakan ahli bahasa dari knowledge, di kalangan para ahli telah dirumuskan pengertiannya, walupun para ahli ada perbedaan rumusan redaksionalnya. Pengetahuan yang didapat dari pengalaman tersebut “ pengetahuan pengalaman” atau  ringkasnya “pengetahuan”. Pengetahuan adalah tangga yang pertama bagi ilmu untuk mencari keterangan lebih lanjut.
Pengetahuan dari beberapa ahli :
a.       Menurut Prof. IR. Pudjawijatna
mengatakan pengetahuan tidak amat sadarpun pengetahuan, tentang hal-hal yang berlaku umum dan tetap serta pasti yang terutama dipergunakan untuk keperluan sehari-hari itulah yang kami namai pengetahuan biasa atau dengan sigkkat pengetahuan.  Pengetahuan sama dengan faham suatu subjek mengenal objek yang dihadapinya. Subjek disini ialah manusia sebagai kesatuan berbagai macam kesanggupan (akal, panca indra) yang digunkan untuk mengetahui sesuatu jelasnya manusia sebagai kesadaran yang disebut objek dalam pengetahuan ialah benda atau hal yang diselidiki oleh pengetahuan tersebut, sekedar benda itu merupakan relitas bagi manusia yang menyelidiki.
b.      Menurut Max Scheler (1874-1928)
Dia adalah seorang filosof bangsa jerman, pengetahuan dapat dirumuskan sebagai partisipasi oleh suatu realita dalam suatu realita yang lain tetapi tanpa terjadinya modifikasi dalam kualitas yang lain itu. Sebaliknya subjek yang mengatahui dipengaruhi oleh obyek pengetahuan. Dalam hubungan ini Scheler membedakan tiga kategori pengetahuan, yaitu:
1. Herrscafis und Lestungewissen (pengetahuan tentang penguasaan dan prestasi) pengetahuan ini memberikan kemungkinan kepada obyek untuk menguasai lingkungan-lingkungannya terutama lingkungan.
2.  Bildungwissen (pengetahuan kultural) yang membuka kemungkinan untuk mengadakan perubahan-perubahan kolektif dan individual.
3.  Erlosungswissen ( pengetahuan yang membebaskan dari cengkraman dunia lahir ) pengetahuan terakhir ini membimbing kearah hikmah dan kebahagiaan sejati,ialah pengetauan teologis ( keagamaan ).[1]
c.       Menurut Endang Saifuddin Anshari membedakannya sebagai berikut:
1.    Pengetahuan biasa yaitu pengetahuan tentang hal-hal yang biasa yang sehari-hari yang selanjutnya kita sebut pengetahuan.
2.   Pengetahuan ilmiah yaitu pengetahuan yang mempunyai sistematika da metode tertentu yang selanjutya kita sebut ilmu pengetahuan.
3. Pengetahuan filosof yaitu semacam ilmu yang istimewa yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak terjawab oleh ilmu-ilmu biasayang selanjutnya kita sebut filsafat.
4. Pennetahuan theologis yaitu pengetahuan keagamaan pengetahuan tentang agama, pengetahuan tentang pemberitahuan tentang Tuhan.
 Manusia dapat mengembangkan pengatahuan karena dua hal utama yaitu:
a.  Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.
b. Mausia mampu mengembangkan pengetahuan dengan cepat dan mantap adalah kemamuannya untuk berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tertentu.
Dengan demikian proses mendapatkan pengetahuan bagi manusia itu melalui suatu proses berfikir logis dan analitis, di samping itu juga wahyu ( atau dalam hal ini Tuhan yang menyampaikan wahyu ) dan intuisi.

Sedangkan ilmu pengetahuan atau ilmu adalah pengetahuan yag memiliki ciri, tanda dan persyaratan yang khas. Beberapa ahli telah memberikan beberapa batasan pengertian tentang ilmu pengetahuan ini antara lain:
a.       Menurut Soedjono D,SH dalam buku pengantar sosiologis memerikan batasan ilmu pengetahuan adalah karya manusia yang berusaha mencari kebenaran tentang pengertian-pengertian yang didasarkan pada kenyataan, dengan susunan yang sistematis, logis ( rationil ) dan metodis ( menggunakan metode-metode ).
b.      Dr.hammad Hatta dalam bukunya pengantar ke Jalan Ilmu dan pengetahuan antara lain mengatakan tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunannya dari dalam.[2]  
c.       Prof. Dr. Ashley Mantagu menyimpulkan ilmu pengetahuan iala pengetahuan yang disusun dalam satu sistematik yang berasal dari pengamatan studi dan pengelaman untuk menentukan hakekat dan prinsip tentang hal yang sedang di studi.
Dari beberapa batasan pengertian tentang ilmu pengetahuan atau ilmu maka kita dapat mengetahui bahwa ilmu-ilmu merupakan suatu cara berfikir dalam menghasilkan kesimpulan yang brupa pengetahuan yang dapat di handalkan. Ilmu merupakan produk dari pada proses berfikir menuut langkah-langkah tertentu yaang secara umum dapat disebut dengan berfikir imiah dan berfikir ilmiah itu adalah merupakan kegiatan berfikir yang telah memenuhi persyaratan-persyaratan  tertentu. Adapun persyaratan tersebut pada hakekatnya menyangkut dua kriteria utama yaitu:
1.      Berfikir ilmiah harus mempunyai alur jalan fikiran yang logis.
2.      Persyaratan yang bersifat logis tersebut harus didukung oleh fakta empiris.
Kebenaran ilmiah itu bersifat relatif, dan kebenaran ilmiah itu terbuka bagi koreksi dan penyempurnaan dari hakekat berfikir ilmih itu, maka ilmu memiliki beberapa karakteristik yaitu:
a.   Ilmu mempunyai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetauan yang benar, seingga ilmu itu bersifat rasional.
b. Alur jalan pikiran yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang telah ada sehingga ilmu itu bersifat logis.
c.   Pengujian secara empiri sebagai kriteria kebenaran obyektif sehingga ilmu itu bersifat obyektif
d.    Mekanisme yang terbuka terhadap koreksi sehingga ilmu itu bersifat terbuka.

B.     Obyek dan Metode Ilmu Pengetahuan
1.      Obyek Ilmu Pengetahuan
Menurut IR. Pudjawiyatna mengenai onyek ilmu pengetahuan ini mengatakan ada dua macam obyek yaitu obyek material da formal.
a.      Obyek material adalah seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan objek penyelidikan suatu ilmu. Seperti tingkah laku manusia apabila kita pelajari tingkah laku manusia sebagai makhluk hidup didalam masyarakat maka tigkah laku itu mempunyai berbagai segi seperti aspek biologis, psykologis dan antropology juga dengan aspek-aspek yang berhubungan dengan kehidupan manusia sebagai insan politik, sebagai insan ekonomi, sebagai insan hukum atau insan sejarah.
b. Obyek formal adalah obyek material yang disoroti oleh suatu ilmu sehingga membedakan ilmu satu dengan ilmu lainnya, jika berobyek material sama, yang membedakannya adalah obyek ormat yaitu sudut pandang tertentu yang menentukan bentuk ilmu.
2.      Metode ilmu pengetahuan
Metode ilmiah merupakan landasan epistemologi dari pada ilmu dan cara mendapatkan pengetahuan secara ilmiah. metode ilmu adalah satu skema satu rancangan bekerjaa, untuk menyusun masalah yang satu macam menjadi satu system pegetahuan.
Secara singkat metode ilmiah dapat dideskripsikan dalam langkah-langkah sebagai berkut:
a.       Penemuan atau penentuan masalah
Secara sadar kita menetapkan masalah yang akan kita telah dengan ruang lingkup dan batasan-batasannya. Ruang lingkup permasalahan harus jelas demikian juga dengan batasan-batasannya sebab tanpa kejelasan ini akan mengalami kesukaran dalam melangkah kepada kegiatan berikutnya yakni perumusan kerangka masalah.
b.      Perumusan kerangka masalah, merupaka usaha untuk medeskripsikan masalah dengan lebih jelas. Ada langkah ini kita mendeskripsikan faktor-faktor yang terlibat dalam masalah tersebut, faktor-faktortersebut membetuk suatu kerangka maslah yang berwujud gejala yang sedang kita telah.
c.   Pengajuan hipotesis, merupakan usaha kita untuk memberikan penjelasan sementara mengenai hubungan sebab akibat yang mengikat faktor-faktor yang membentuk keragka masalah. Hipotesis ini pda hakekatnya merupakan hasil suatu penalaran induktif dengan mempergunakan pengetahuan yang sudah kita ketahui kebenarannya.
d.   Deduksi dan hipotesis, merupakan langkah perantara dalam  usaha kita untuk menguji hipotesis yang diajukan. Seecara sederhana dapat dikatakan bahwa deduksi hipotesis merupakan identifikasi fakta-fakta apa saja yang dapat kita lihat dalam dunia fisik yang nyata dalam hubungan dengan hipotesis yang kita ajukan.
e.   Pembuktian hipotesis, merupakan usaha untuk mengumpulkan fakta-fakta sebagaimana telah disebutkan sebutkan diatas. Kalau fakta-fakta tersebut memang ada dalam empiris kita, maka dinyatakan bahwa hipotesis itu telah terbukti,sebab didukung oleh fakta-fakta yang nyata. Dalam hal hipotesis itu tidak terbukti, maka hipotesis itu ditolak kebenarannya dan kita kembali mengajukan hipotesis yang lain,sampai kita menemukan hipotesis tertentu yang didukung oleh fakta.
f.       Penerimaan hipotesis menjadi teori ilmiah
Hipotesis yang telah terbukti kebenarannya dianggap merupakan pengetahuan baru dan diterima sebagai bagian dari ilmu atau dengan kata lain hipotesis tersebut sekarang dapat kita anggap sebagai bagian dari illmiah. Secara luas teori ilmiah dapat diartikan sebagai suatu pnjelasan mengenai gejala tertentu.

C.    Pengelompokan dan Fungsi Ilmu Pengetahuan
1.      Pengelompokan Ilmu Pengetahuan
Beberapa pengelompokan ilmu pengetahuan diantaranya:
a.       Dalam undang-undang pokok dalam Perguruan Tinggi No. 22 tahun 961, di Indonesia Ilmu Pengetahuan itu dikelompokkan menjadi empat yaitu:
1.       Ilmu agam/kerokhanian: ilmu agama dan ilmu jiwa
2.       Ilmu kebudayaan: ilmu sastra, ilmu sejarah, ilmu pendidikan dan ilmu filsafat
3.       Ilmu sosial: ilmu hukum, ilmu ekonomi, ilmu sosialpolitik dan ketatanegaraan dan ketata niagan
4.  Ilmu eksasta dan teknik: ilmu hayat, ilmu kedokteran, ilmu farmasi, ilmu kedokteran hewan, ilmu pertanian, ilmu asti dan ilmu alam, ilmu teknik dan ilmu geologibdan ilmu oceanografi.[3]
b.      Sementara Endang Saefuddin Ashari, MA mengelompokan ilmu pengetahuan kepada tiga besar yaitu:
1.    Ilmu-ilmu pengetahuan alam (natural sciences): biologi, antropologi, fisika, ilmu kedokteran, imu farmasi, ilmu pertanian, ilmu pasti ilmu alam, ilmu teknik, geologi dan lain-lain.
2.     Ilmu-ilmu kemasyarakatan (sosial sciences): ilmu hukum, ilmu ekonomi, ilmu jiwa sosial, ilmu bumi sosial, sosiologi, antropologi budaya dan sosial, ilmu sejarah ilmu politik, ilmu pendidikan, publisistik dan jurnalistik.
3.   Humaniora (Studi Humanitas, Humanitas Stidies): ilmu agam, ilmu filsafat, ilmu bahasa, ilmu seni, ilmu jiwa dan lain sebagainya. 
Penggolongan ilmu pengetahuan diatas, pada ilmu agam belum ada perincian cabangnya sebagaimana yang lain, khususnya ilmu politik, fiqih dan kalam
2.      Fungsi Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan itu mencari hubungan sebab akibat dari pada kenyataan yang empirik melalui metode tertentu, selain itu ilmu pengetahuan mengandung sistem moral dan nilai-nilai untuk kemaslahatan manusia. Adapun fungsi Ilmu pengetahuan menurut DRS. R.B.S Fudyatanta, antara lain adalah:
a.   Fungsi Deskriptif: menggambarkan, melukiskan dan memaparkan suatu obyek atau masalah sehingga mudah dipelajari.
b.    Fungsi Pengembangan: melanjutkan hasil penemuan yang lalu dan menemukan hasil ilmu pengetahuan yang baru.
c.  Fungsi prediksi: meramalkan kejadian yang benar kemungkinan terjadi, sehigga manusia dapat mengambil tindakan, tindakan yang perlu dalam usaha mengahadapinya.
d.      Fungsi Kontroll: berusaha mengendalikan peristiwa yang tidak dikehendaki.
Tugasnya fungsi ilmu pengetahuan ialah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia didalam berbagai bidangnya.

D.    Ilmu Dakwah sebagai Ilmu
1.      Pengertian Ilmu Dakwah
Beberapa ahli yang telah mengadakan study tentang ilmu dakwah telah merumuskan  beberapa batasan mengenai ilmu kita yakni ilmu dakwah. Para ahli yang telah merumuskan pengertian itu antara lain Prof. H.M Toha. Yahya Omar, MA dalam bukunya ilmu dakwah merumuskan: “Ilmu Dakwah ialah suatu ilmu pegetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan-tuntunan, bagaimana seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi pendapat pekerjaan yang tertentu.[4]
Sedangkan Ki Musa Al Mahfudl dalam bukunya Filsafat Dakwah dan penerapannya memberikan pengertian Ilmu Dakwah ialah ilmu yang mempejari panggilan kembali kejalan Allah terhada manusia yang berada diluar jalan Allah atau orang yang ada dijalan Allah tetapi baru berdiri pada satu kaki.
Definisi lain dikemukakan oleh Drs. H. Masdar Helmy dalam bukunya Ilmu Dakwah yang mengemukakan Ilmu Dakwah ialah mempelajari ajakan dan kegiatan manusia ia menyampaikan isi ajaran islam kepada sesama manusia untuk kebahagiaanya baik didunia maupun diakhirat.
Oleh sebab itu maka sebenarnya batasan pengertian tentang ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang usaha manusia untuk menyeru atau mengajak manusia lain dengan ajaran islam supaya menerima dan menyakini serta mengamalkan islam.
2.      Obyek dan Ruang Lingkup Dakwah
Ilmu dakwah sebagai suatu bentuk ilmu memiliki obyek penelaahan, baik obyek formal maupun obyek material. Obyek formal dari pada ilmu dakwah adlah usaha manusia untuk menyeru/mengajak manusia lain dengan ajaran islam agar supaya manusia lain itu menerima,  menyakini dan mengamalkan ajaran islam.
Dengan demikian maka yang menjadi obyek pendalaman bagi ilmu dakwah adalah berpangkal kepada manusia dengan segala sikap tingkah lakunya yang berkaitan dengan aktifitas dakwah “tegasnya masalah-masalah yang dikanung dalam pembahasan ilmu dakwah adalah suatu permasalahan yang timbul dan melingkupi persoalan adalah dakwah sebagai konsekuensi sebaba akibat dari pada adanya mnusia yang menyeru atau mengajk manusia lain kepada islam. Usaha manusia dengan pesan Al-Islam itu dimaksudkan agar manusia lainya tersebut menerima,meyakini dan selanjutnya mengamalkan semua jaran islam dengn penuh kesadaran  dan tanggung jawab.
Selain itu karena kondisi dan situasi yang selalu beruah dan berbeda antara manusia satu dengan yang lainnya maka dalam upaya memanusiakan manusia lain itu memerlukan adanya cara-cara dan sarana-sarana yang dapat menunjang kegiatan tersebut, sehingga pelaksanaannya dapat berdaya guna dari berbagai guna. Proses dakwah adalah suatu kegiatan yang tidak mengenal berhenti, sehingga karena kegiatan yang terus menerus itu dihadapkan kepada, perkembangan zaman dan perkembangan mausianya, dalam memenuhi hajat dan tuntutan hidupnya dan permasalahan tersebut menuntut adanya aktualisasi nilai-nilai ajaran islam yang menjawab tantangan zaman dan masa depan manusia yang tetap berpegang kepada Al-Qur’an dan Assunah. 
3.      Metode Ilmu Dakwah
Dakwah islam telah dilaksanakan sejak zaman Nabi Muhammad saw, para sahabat dan para pengikutnya hingga saat ini. Dalam lintasan sejarah dakwah pada zaman Nabi dan para pengikutnya hanya sekali waktu saja, dari fakta yag diperoleh dalam peristiwa kesejahteraan dakwah tersebut dapat diklarifikasikan dan selanjutnya dianalisis yang akhirnya akan dapat diperoleh teori-teori dakwah.
Kemudian dalam perkembangan dakwah itu ternyata ada bentuk-bentuk peristiwa yang menujukkan peristiwa-peristiwa dakwah dengan tanda-tanda khusus yang teradi pada masyarakat dakwah. Sehingga dapat diperbandingkan antara ciri-ciri tersebut yang selanjutya detetapkan sebagai satu teori.
 Hal ini dapat dilakukan dengan sistem perbandingan dakwah dari zaman ke zaman dan prosedur ini dapat kita sebut dengan pendekatan komperatif atau metode komperetif.
Dari beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam penelitian dakwah ini menunjukkan kita bahwa ilmu dakwah itu memiliki landasan keilmuan yang lain yaitu landasan epistemologi. Selanjutnya ilmu kita ini berupaya untuk menemukan teori-teori dan norma-norma yang berkaitan dengan dakwah, sehingga akan memeproleh pengertian dan prinsip-prinsip yang normatif yang berguna dalam kegiatan dakwah. Karena ilmu kita ada gunanya dalam kaitan dakwah maka ilmu ini juga akan membawa kemaslahatan dalam pembentukan manusia yang bahagia didunia dan akhirat sebagaimana misi yang diemban oleh dakwah itu sendiri.
4.      Hubungan Ilmu Dakwah dengan Ilmu-Ilmu Lainnya
Ilmu dakwah sebagai ilmu dalam pembentukan dan pengembangan serta penggunannya untuk kegiatan dakwah selalu berkaitan dengan ilmu-ilmu lain. Selama ilmu dakwah berusaha mendapatkan pengertian-pengertian saja maka ia termasuk dalam ilmu dakwah tepritika sebagai mana ilmu-ilmu teiritika yang lain, demikian juga apabila ilmu kita ini sudah berusa merancang jalan untuk mencaai tujuan hidup tertentu maka menjadilah ilmu pratika, dan memerlukan bantuan ilmu dakwah praktika. Dengan demikian ilmu seperti ilmu fiqh untuk menjelaskan tentang ayat-ayat Al-Quran, ilmu tauhid untuk menjelaskan tentang keimanan, ilmu jiwa untuk mengetahui jenis dan sifat manusia yang dihadapi dan lain-lain. Maka kesimpulan yang dapat diperoleh adalah bahwa ilmu dakwah itu mempunyai hubungan yang timbal balik dengan ilmu-ilmu lain.[5]       


BAB III
PENUTUP
1.      Kesimpulan
Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang usaha manusia untuk menyeru atau mengajak manusia lain dengan ajaran islam supaya menerima dan menyakini serta mengamalkan islam. Sehingga menjadi suatu bentuk ilmu memiliki obyek penelaahan, baik obyek formal maupun obyek material.
Ilmu dakwah sebagai ilmu dalam pembentukan dan pengembangan serta penggunannya untuk kegiatan dakwah selalu berkaitan dengan ilmu-ilmu lain. Dengan demikian ilmu seperti ilmu fiqh untuk menjelaskan tentang ayat-ayat Al-Quran, ilmu tauhid untuk menjelaskan tentang keimanan, ilmu jiwa untuk mengetahui jenis dan sifat manusia yang dihadapi dan lain-lain. Maka kesimpulan yang dapat diperoleh adalah bahwa ilmu dakwah itu mempunyai hubungan yang timbal balik dengan ilmu-ilmu lain.
2.      Kritik Saran
Dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan dari teman-teman untuk perbaikan makalah berikutnya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman semua untuk berfikir lebih aktif dan kreatif kedepannya.



DAFTAR PUSTAKA

Ashori,  Endang Saifuddin, 1979, Ilmu Filsafat dan Agama, Jakarta: Bina Ilmu Lurabya.
Hatta, Muhammad, 1979, Pengantar ke Jalan Ilmu dan Pengetahuan, Jakarta: Mutiara.
Mahfudz, Ki Musa, 1974, Falsafah Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, Jakarta: Bulan.
Omar,  M. Yahya, 1967, Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya.
Sanwar, M.Aminuddin, 2009, Ilmu Dakwak sebagai Suatu Pengantar Studi, Semarang : Gunungjati.



[1] M. Aminuddin Sanwar, Ilmu Dakwak sebagai Suatu Pengantar Studi, (Semarang : Gunungjati,  2009) Hal. 24-26
[2] Muhammad Hatta, Pengantar ke Jalan Ilmu dan Pengetahuan, (Jakarta: Mutiara, 1979)  
[3] Endang Saifuddin Ashori, Ilmu Filsafat dan Agama, (Jakarta: Bina Ilmu Lurabya, 1979)  
[4] M. Yahya Omar, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Wijaya, 1967)
[5] Ki Musa Mahfudz, Falsafah Dakwah Ilmu Dakwah dan Penerapannya, (Jakarta: Bulan, 1974) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Motivasi dan Kepemimpinan

Motivasi Dan Kepemimpinan Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Sumber Daya Manusia  Dosen Pengampu : Dr. H. Abdul Choliq, MT.,...