PENGERTIAN PENGETAHUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
Disusun untuk
Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ilmu Dakwah
Dosen Pengampu : Jauharatul
Farida M.Ag
Disusun Oleh :
Muhamad Faizin (1601036005)
Sifni
jumaila (1601036011)
Fitria
Cahyaningrum (1601036015)
MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN
KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI WALI SONGO
SEMARANG
2017
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengetahuan
yang merupakan ahli bahasa dari knowledge, di kalangan para ahli telah
dirumuskan pengertiannya, walau pun para ahli ada perbedaan rumusan
redaksionalnya. Sedangkan ilmu pengetahuan atau ilmu adalah pengetahuan yang
memiliki ciri, tanda dan persyaratan yang khas.
Metode
ilmiah merupakan landasan epistemologi dari pada ilmu dan cara mendapatkan
pengetahuan secara ilmiah. Ilmu pengetahuan itu mencari
hubungan sebab akibat dari pada kenyataan yang empirik melalui metode tertentu,
selain itu ilmu pengetahuan mengandung sistem moral dan nilai-nilai untuk
kemaslahatan manusia.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana
definisi Pengetahuan dan Ilmu Pengetahuan ?
2. Bagaimana
Obyek dan Metode Ilmu Pengetahuan ?
3. Bagaimana
Pengelompokan dan Fungsi ilmu Pengetahuan ?
4. Bagaimana
Ilmu Dakwah sebagai Ilmu Pengetahuan
?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengetahuan
dan Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan yang merupakan ahli bahasa dari
knowledge, di kalangan para ahli telah dirumuskan pengertiannya, walupun para
ahli ada perbedaan rumusan redaksionalnya. Pengetahuan yang didapat dari
pengalaman tersebut “ pengetahuan pengalaman” atau ringkasnya “pengetahuan”. Pengetahuan adalah
tangga yang pertama bagi ilmu untuk mencari keterangan lebih lanjut.
Pengetahuan
dari beberapa ahli :
a. Menurut
Prof. IR. Pudjawijatna
mengatakan pengetahuan
tidak amat sadarpun pengetahuan, tentang hal-hal yang berlaku umum dan tetap
serta pasti yang terutama dipergunakan untuk keperluan sehari-hari itulah yang
kami namai pengetahuan biasa atau dengan sigkkat pengetahuan. Pengetahuan sama dengan faham suatu subjek
mengenal objek yang dihadapinya. Subjek disini ialah manusia sebagai kesatuan
berbagai macam kesanggupan (akal, panca indra) yang digunkan untuk mengetahui
sesuatu jelasnya manusia sebagai kesadaran yang disebut objek dalam pengetahuan
ialah benda atau hal yang diselidiki oleh pengetahuan tersebut, sekedar benda itu
merupakan relitas bagi manusia yang menyelidiki.
b.
Menurut Max Scheler (1874-1928)
Dia
adalah seorang filosof bangsa jerman, pengetahuan dapat dirumuskan sebagai
partisipasi oleh suatu realita dalam suatu realita yang lain tetapi tanpa
terjadinya modifikasi dalam kualitas yang lain itu. Sebaliknya subjek yang
mengatahui dipengaruhi oleh obyek pengetahuan. Dalam hubungan ini Scheler
membedakan tiga kategori pengetahuan, yaitu:
1. Herrscafis
und Lestungewissen (pengetahuan tentang penguasaan dan prestasi) pengetahuan
ini memberikan kemungkinan kepada obyek untuk menguasai
lingkungan-lingkungannya terutama lingkungan.
2. Bildungwissen
(pengetahuan kultural) yang membuka kemungkinan untuk mengadakan perubahan-perubahan kolektif dan individual.
3. Erlosungswissen
( pengetahuan yang membebaskan dari cengkraman dunia lahir ) pengetahuan
terakhir ini membimbing kearah hikmah dan kebahagiaan sejati,ialah pengetauan
teologis ( keagamaan ).[1]
c.
Menurut Endang Saifuddin Anshari
membedakannya sebagai berikut:
1. Pengetahuan
biasa yaitu pengetahuan tentang hal-hal yang biasa yang sehari-hari yang
selanjutnya kita sebut pengetahuan.
2. Pengetahuan
ilmiah yaitu pengetahuan yang mempunyai sistematika da metode tertentu yang
selanjutya kita sebut ilmu pengetahuan.
3. Pengetahuan
filosof yaitu semacam ilmu yang istimewa yang mencoba menjawab masalah-masalah
yang tidak terjawab oleh ilmu-ilmu biasayang selanjutnya kita sebut filsafat.
4. Pennetahuan
theologis yaitu pengetahuan keagamaan pengetahuan tentang agama, pengetahuan
tentang pemberitahuan tentang Tuhan.
Manusia dapat mengembangkan pengatahuan karena
dua hal utama yaitu:
a. Manusia
mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang
melatarbelakangi informasi tersebut.
b. Mausia
mampu mengembangkan pengetahuan dengan cepat dan mantap adalah kemamuannya
untuk berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tertentu.
Dengan demikian proses mendapatkan
pengetahuan bagi manusia itu melalui suatu proses berfikir logis dan analitis,
di samping itu juga wahyu ( atau dalam hal ini Tuhan yang menyampaikan wahyu )
dan intuisi.
Sedangkan
ilmu pengetahuan atau ilmu adalah pengetahuan yag memiliki ciri, tanda dan
persyaratan yang khas. Beberapa ahli telah memberikan beberapa batasan
pengertian tentang ilmu pengetahuan ini antara lain:
a. Menurut
Soedjono D,SH dalam buku pengantar sosiologis memerikan batasan ilmu
pengetahuan adalah karya manusia yang berusaha mencari kebenaran tentang
pengertian-pengertian yang didasarkan pada kenyataan, dengan susunan yang
sistematis, logis ( rationil ) dan metodis ( menggunakan metode-metode ).
b. Dr.hammad
Hatta dalam bukunya pengantar ke Jalan Ilmu dan pengetahuan antara lain
mengatakan tiap-tiap ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan
hukum kausal dalam satu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut
kedudukannya tampak dari luar maupun menurut bangunannya dari dalam.[2]
c. Prof.
Dr. Ashley Mantagu menyimpulkan ilmu pengetahuan iala pengetahuan yang disusun
dalam satu sistematik yang berasal dari pengamatan studi dan pengelaman untuk
menentukan hakekat dan prinsip tentang hal yang sedang di studi.
Dari
beberapa batasan pengertian tentang ilmu pengetahuan atau ilmu maka kita dapat mengetahui
bahwa ilmu-ilmu merupakan suatu cara berfikir dalam menghasilkan kesimpulan
yang brupa pengetahuan yang dapat di handalkan. Ilmu merupakan produk dari pada
proses berfikir menuut langkah-langkah tertentu yaang secara umum dapat disebut
dengan berfikir imiah dan berfikir ilmiah itu adalah merupakan kegiatan
berfikir yang telah memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Adapun persyaratan tersebut pada
hakekatnya menyangkut dua kriteria utama yaitu:
1. Berfikir
ilmiah harus mempunyai alur jalan fikiran yang logis.
2. Persyaratan
yang bersifat logis tersebut harus didukung oleh fakta empiris.
Kebenaran
ilmiah itu bersifat relatif, dan kebenaran ilmiah itu terbuka bagi koreksi dan
penyempurnaan dari hakekat berfikir ilmih itu, maka ilmu memiliki beberapa
karakteristik yaitu:
a. Ilmu
mempunyai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetauan yang benar, seingga
ilmu itu bersifat rasional.
b. Alur
jalan pikiran yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang telah ada
sehingga ilmu itu bersifat logis.
c. Pengujian
secara empiri sebagai kriteria kebenaran obyektif sehingga ilmu itu bersifat
obyektif
d. Mekanisme
yang terbuka terhadap koreksi sehingga ilmu itu bersifat terbuka.
B. Obyek
dan Metode Ilmu Pengetahuan
1.
Obyek Ilmu Pengetahuan
Menurut
IR. Pudjawiyatna mengenai onyek ilmu pengetahuan ini mengatakan ada dua macam
obyek yaitu obyek material da formal.
a. Obyek
material adalah seluruh lapangan atau bahan yang dijadikan objek penyelidikan
suatu ilmu. Seperti tingkah laku manusia apabila kita pelajari tingkah laku
manusia sebagai makhluk hidup didalam masyarakat maka tigkah laku itu mempunyai
berbagai segi seperti aspek biologis, psykologis dan antropology juga dengan
aspek-aspek yang berhubungan dengan kehidupan manusia sebagai insan politik,
sebagai insan ekonomi, sebagai insan hukum atau insan sejarah.
b. Obyek
formal adalah obyek material yang disoroti oleh suatu ilmu sehingga membedakan
ilmu satu dengan ilmu lainnya, jika berobyek material sama, yang membedakannya
adalah obyek ormat yaitu sudut pandang tertentu yang menentukan bentuk ilmu.
2.
Metode ilmu pengetahuan
Metode
ilmiah merupakan landasan epistemologi dari pada ilmu dan cara mendapatkan
pengetahuan secara ilmiah. metode ilmu adalah satu skema satu rancangan
bekerjaa, untuk menyusun masalah yang satu macam menjadi satu system
pegetahuan.
Secara
singkat metode ilmiah dapat dideskripsikan dalam langkah-langkah sebagai
berkut:
a. Penemuan
atau penentuan masalah
Secara sadar kita menetapkan masalah
yang akan kita telah dengan ruang lingkup dan batasan-batasannya. Ruang lingkup
permasalahan harus jelas demikian juga dengan batasan-batasannya sebab tanpa
kejelasan ini akan mengalami kesukaran dalam melangkah kepada kegiatan
berikutnya yakni perumusan kerangka masalah.
b. Perumusan
kerangka masalah, merupaka usaha untuk medeskripsikan masalah dengan lebih
jelas. Ada langkah ini kita mendeskripsikan faktor-faktor yang terlibat dalam
masalah tersebut, faktor-faktortersebut membetuk suatu kerangka maslah yang
berwujud gejala yang sedang kita telah.
c. Pengajuan
hipotesis, merupakan usaha kita untuk memberikan penjelasan sementara mengenai
hubungan sebab akibat yang mengikat faktor-faktor yang membentuk keragka
masalah. Hipotesis ini pda hakekatnya merupakan hasil suatu penalaran induktif dengan
mempergunakan pengetahuan yang sudah kita ketahui kebenarannya.
d. Deduksi
dan hipotesis, merupakan langkah perantara dalam usaha kita untuk menguji hipotesis yang
diajukan. Seecara sederhana dapat dikatakan bahwa deduksi hipotesis merupakan
identifikasi fakta-fakta apa saja yang dapat kita lihat dalam dunia fisik yang
nyata dalam hubungan dengan hipotesis yang kita ajukan.
e. Pembuktian
hipotesis, merupakan usaha untuk mengumpulkan fakta-fakta sebagaimana telah
disebutkan sebutkan diatas. Kalau fakta-fakta tersebut memang ada dalam empiris
kita, maka dinyatakan bahwa hipotesis itu telah terbukti,sebab didukung oleh
fakta-fakta yang nyata. Dalam hal hipotesis itu tidak terbukti, maka hipotesis
itu ditolak kebenarannya dan kita kembali mengajukan hipotesis yang lain,sampai
kita menemukan hipotesis tertentu yang didukung oleh fakta.
f. Penerimaan
hipotesis menjadi teori ilmiah
Hipotesis yang telah terbukti
kebenarannya dianggap merupakan pengetahuan baru dan diterima sebagai bagian
dari ilmu atau dengan kata lain hipotesis tersebut sekarang dapat kita anggap
sebagai bagian dari illmiah. Secara luas teori ilmiah dapat diartikan sebagai
suatu pnjelasan mengenai gejala tertentu.
C. Pengelompokan
dan Fungsi Ilmu Pengetahuan
1. Pengelompokan
Ilmu Pengetahuan
Beberapa
pengelompokan ilmu pengetahuan diantaranya:
a. Dalam
undang-undang pokok dalam Perguruan Tinggi No. 22 tahun 961, di Indonesia Ilmu
Pengetahuan itu dikelompokkan menjadi empat yaitu:
1. Ilmu
agam/kerokhanian: ilmu agama dan ilmu jiwa
2. Ilmu
kebudayaan: ilmu sastra, ilmu sejarah, ilmu pendidikan dan ilmu filsafat
3. Ilmu
sosial: ilmu hukum, ilmu ekonomi, ilmu sosialpolitik dan ketatanegaraan dan
ketata niagan
4. Ilmu
eksasta dan teknik: ilmu hayat, ilmu kedokteran, ilmu farmasi, ilmu kedokteran
hewan, ilmu pertanian, ilmu asti dan ilmu alam, ilmu teknik dan ilmu
geologibdan ilmu oceanografi.[3]
b. Sementara
Endang Saefuddin Ashari, MA mengelompokan ilmu pengetahuan kepada tiga besar
yaitu:
1. Ilmu-ilmu
pengetahuan alam (natural sciences): biologi, antropologi, fisika, ilmu
kedokteran, imu farmasi, ilmu pertanian, ilmu pasti ilmu alam, ilmu teknik,
geologi dan lain-lain.
2. Ilmu-ilmu
kemasyarakatan (sosial sciences): ilmu hukum, ilmu ekonomi, ilmu jiwa sosial,
ilmu bumi sosial, sosiologi, antropologi budaya dan sosial, ilmu sejarah ilmu
politik, ilmu pendidikan, publisistik dan jurnalistik.
3. Humaniora
(Studi Humanitas, Humanitas Stidies): ilmu agam, ilmu filsafat, ilmu bahasa,
ilmu seni, ilmu jiwa dan lain sebagainya.
Penggolongan
ilmu pengetahuan diatas, pada ilmu agam belum ada perincian cabangnya
sebagaimana yang lain, khususnya ilmu politik, fiqih dan kalam
2. Fungsi
Ilmu Pengetahuan
Ilmu
pengetahuan itu mencari hubungan sebab akibat dari pada kenyataan yang empirik
melalui metode tertentu, selain itu ilmu pengetahuan mengandung sistem moral
dan nilai-nilai untuk kemaslahatan manusia. Adapun fungsi Ilmu pengetahuan menurut
DRS. R.B.S Fudyatanta, antara lain adalah:
a. Fungsi
Deskriptif: menggambarkan, melukiskan dan memaparkan suatu obyek atau masalah
sehingga mudah dipelajari.
b. Fungsi
Pengembangan: melanjutkan hasil penemuan yang lalu dan menemukan hasil ilmu
pengetahuan yang baru.
c. Fungsi
prediksi: meramalkan kejadian yang benar kemungkinan terjadi, sehigga manusia
dapat mengambil tindakan, tindakan yang perlu dalam usaha mengahadapinya.
d. Fungsi
Kontroll: berusaha mengendalikan peristiwa yang tidak dikehendaki.
Tugasnya
fungsi ilmu pengetahuan ialah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia didalam
berbagai bidangnya.
D. Ilmu
Dakwah sebagai Ilmu
1. Pengertian
Ilmu Dakwah
Beberapa
ahli yang telah mengadakan study tentang ilmu dakwah telah merumuskan beberapa batasan mengenai ilmu kita yakni ilmu
dakwah. Para ahli yang telah merumuskan pengertian itu antara lain Prof. H.M
Toha. Yahya Omar, MA dalam bukunya ilmu dakwah merumuskan: “Ilmu Dakwah ialah suatu
ilmu pegetahuan yang berisi cara-cara dan tuntunan-tuntunan, bagaimana
seharusnya menarik perhatian manusia untuk menganut, menyetujui, melaksanakan
suatu ideologi pendapat pekerjaan yang tertentu.[4]
Sedangkan
Ki Musa Al Mahfudl dalam bukunya Filsafat Dakwah dan penerapannya memberikan
pengertian Ilmu Dakwah ialah ilmu yang mempejari panggilan kembali kejalan
Allah terhada manusia yang berada diluar jalan Allah atau orang yang ada
dijalan Allah tetapi baru berdiri pada satu kaki.
Definisi
lain dikemukakan oleh Drs. H. Masdar Helmy dalam bukunya Ilmu Dakwah yang
mengemukakan Ilmu Dakwah ialah mempelajari ajakan dan kegiatan manusia ia
menyampaikan isi ajaran islam kepada sesama manusia untuk kebahagiaanya baik
didunia maupun diakhirat.
Oleh
sebab itu maka sebenarnya batasan pengertian tentang ilmu dakwah adalah suatu
ilmu yang mempelajari tentang usaha manusia untuk menyeru atau mengajak manusia
lain dengan ajaran islam supaya menerima dan menyakini serta mengamalkan islam.
2. Obyek
dan Ruang Lingkup Dakwah
Ilmu
dakwah sebagai suatu bentuk ilmu memiliki obyek penelaahan, baik obyek formal
maupun obyek material. Obyek formal dari pada ilmu dakwah adlah usaha manusia
untuk menyeru/mengajak manusia lain dengan ajaran islam agar supaya manusia
lain itu menerima, menyakini dan
mengamalkan ajaran islam.
Dengan
demikian maka yang menjadi obyek pendalaman bagi ilmu dakwah adalah berpangkal
kepada manusia dengan segala sikap tingkah lakunya yang berkaitan dengan
aktifitas dakwah “tegasnya masalah-masalah yang dikanung dalam pembahasan ilmu
dakwah adalah suatu permasalahan yang timbul dan melingkupi persoalan adalah
dakwah sebagai konsekuensi sebaba akibat dari pada adanya mnusia yang menyeru
atau mengajk manusia lain kepada islam. Usaha manusia dengan pesan Al-Islam itu
dimaksudkan agar manusia lainya tersebut menerima,meyakini dan selanjutnya
mengamalkan semua jaran islam dengn penuh kesadaran dan tanggung jawab.
Selain
itu karena kondisi dan situasi yang selalu beruah dan berbeda antara manusia
satu dengan yang lainnya maka dalam upaya memanusiakan manusia lain itu
memerlukan adanya cara-cara dan sarana-sarana yang dapat menunjang kegiatan
tersebut, sehingga pelaksanaannya dapat berdaya guna dari berbagai guna. Proses
dakwah adalah suatu kegiatan yang tidak mengenal berhenti, sehingga karena
kegiatan yang terus menerus itu dihadapkan kepada, perkembangan zaman dan
perkembangan mausianya, dalam memenuhi hajat dan tuntutan hidupnya dan
permasalahan tersebut menuntut adanya aktualisasi nilai-nilai ajaran islam yang
menjawab tantangan zaman dan masa depan manusia yang tetap berpegang kepada
Al-Qur’an dan Assunah.
3. Metode
Ilmu Dakwah
Dakwah
islam telah dilaksanakan sejak zaman Nabi Muhammad saw, para sahabat dan para
pengikutnya hingga saat ini. Dalam lintasan sejarah dakwah pada zaman Nabi dan
para pengikutnya hanya sekali waktu saja, dari fakta yag diperoleh dalam
peristiwa kesejahteraan dakwah tersebut dapat diklarifikasikan dan selanjutnya
dianalisis yang akhirnya akan dapat diperoleh teori-teori dakwah.
Kemudian
dalam perkembangan dakwah itu ternyata ada bentuk-bentuk peristiwa yang
menujukkan peristiwa-peristiwa dakwah dengan tanda-tanda khusus yang teradi
pada masyarakat dakwah. Sehingga dapat diperbandingkan antara ciri-ciri
tersebut yang selanjutya detetapkan sebagai satu teori.
Hal ini dapat dilakukan dengan sistem
perbandingan dakwah dari zaman ke zaman dan prosedur ini dapat kita sebut
dengan pendekatan komperatif atau metode komperetif.
Dari
beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam penelitian dakwah ini
menunjukkan kita bahwa ilmu dakwah itu memiliki landasan keilmuan yang lain
yaitu landasan epistemologi. Selanjutnya ilmu kita ini berupaya untuk menemukan
teori-teori dan norma-norma yang berkaitan dengan dakwah, sehingga akan
memeproleh pengertian dan prinsip-prinsip yang normatif yang berguna dalam
kegiatan dakwah. Karena ilmu kita ada gunanya dalam kaitan dakwah maka ilmu ini
juga akan membawa kemaslahatan dalam pembentukan manusia yang bahagia didunia
dan akhirat sebagaimana misi yang diemban oleh dakwah itu sendiri.
4. Hubungan
Ilmu Dakwah dengan Ilmu-Ilmu Lainnya
Ilmu
dakwah sebagai ilmu dalam pembentukan dan pengembangan serta penggunannya untuk
kegiatan dakwah selalu berkaitan dengan ilmu-ilmu lain. Selama ilmu dakwah
berusaha mendapatkan pengertian-pengertian saja maka ia termasuk dalam ilmu
dakwah tepritika sebagai mana ilmu-ilmu teiritika yang lain, demikian juga
apabila ilmu kita ini sudah berusa merancang jalan untuk mencaai tujuan hidup
tertentu maka menjadilah ilmu pratika, dan memerlukan bantuan ilmu dakwah
praktika. Dengan demikian ilmu seperti ilmu fiqh untuk menjelaskan tentang
ayat-ayat Al-Quran, ilmu tauhid untuk menjelaskan tentang keimanan, ilmu jiwa
untuk mengetahui jenis dan sifat manusia yang dihadapi dan lain-lain. Maka
kesimpulan yang dapat diperoleh adalah bahwa ilmu dakwah itu mempunyai hubungan
yang timbal balik dengan ilmu-ilmu lain.[5]
BAB III
PENUTUP
1.
Kesimpulan
Ilmu
dakwah adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang usaha manusia untuk menyeru
atau mengajak manusia lain dengan ajaran islam supaya menerima dan menyakini
serta mengamalkan islam. Sehingga menjadi suatu bentuk ilmu memiliki obyek
penelaahan, baik obyek formal maupun obyek material.
Ilmu
dakwah sebagai ilmu dalam pembentukan dan pengembangan serta penggunannya untuk
kegiatan dakwah selalu berkaitan dengan ilmu-ilmu lain. Dengan demikian ilmu
seperti ilmu fiqh untuk menjelaskan tentang ayat-ayat Al-Quran, ilmu tauhid
untuk menjelaskan tentang keimanan, ilmu jiwa untuk mengetahui jenis dan sifat
manusia yang dihadapi dan lain-lain. Maka kesimpulan yang dapat diperoleh
adalah bahwa ilmu dakwah itu mempunyai hubungan yang timbal balik dengan
ilmu-ilmu lain.
2.
Kritik Saran
Dalam
pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan dari teman-teman
untuk perbaikan makalah berikutnya dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
teman-teman semua untuk berfikir lebih aktif dan kreatif kedepannya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ashori,
Endang Saifuddin, 1979, Ilmu Filsafat dan Agama, Jakarta: Bina
Ilmu Lurabya.
Hatta, Muhammad, 1979, Pengantar ke Jalan Ilmu
dan Pengetahuan, Jakarta: Mutiara.
Mahfudz, Ki Musa, 1974, Falsafah Dakwah Ilmu Dakwah dan
Penerapannya, Jakarta: Bulan.
Omar, M.
Yahya, 1967,
Ilmu Dakwah, Jakarta: Wijaya.
Sanwar, M.Aminuddin,
2009, Ilmu Dakwak sebagai Suatu Pengantar Studi, Semarang : Gunungjati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar