Jumat, 17 November 2017

Sejarah Islam di Afrika Utara

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Makalah ini membahas tentang sejarah islam di Afrika khususnya bagian Utara. Islam yang merupakan agama pembebas bagi kalangan tertindas dan hegemoni penguasa yang non islam seperti Persia dan Romawi, seringkali dianggap agama yang identik dengan darah dan pedang. Anggapan tersebut sama sekali tidaklah terbukti karena Islam merupakan agama pembela bagi kalangan tertindas, tidak terkecuali di wilayah Afrika.
Afrika adalah tempat bermacam-macam bangsa dan kebudayaan yang banyak sekali. Afrika adalah negeri dengan pertentangan yang sangat mencolok dan keindahan yang liar. Di sana juga terdapat banyak masalah termasuk perang, kelaparan, kemiskinan, dan masalah penyakit.
Realitas wilayah Afrika merupakan daerah yang berada dibawah kekuasaan kekaisaran yang super power pada masa itu. Dalam sejarah peradaban dunia, bahwa kaisar-kaisar Romawi dikenal sebagai kaisar yang kejam. Namun pada kenyataannya justru Islam dapat berkembang di Afrika dan populasi penduduk muslimnya mencapai 75 juta dari 500 juta jumlah populasi umat muslim seluruh dunia. Di afrika juga terdapat dinasti-dinasti yang ikut terlibat dan mewarnai Islamisasi di wilayah tersebut.
Berkaitan dengan hal diatas, makalah ini membahas tentang bagaimana perjalanan penyebaran Islam di wilayah Afrika (khususnya Afrika Utara) sehingga Islam dapat diterima di wilayah yang telah dikuasai oleh penguasa-penguasa Romawi tersebut dan dinasti apa saja yang telah berkuasa dalam sejarah perjalanan islam di Afrika.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah dakwah di Afrika Utara ?
2.      Bagaimana sejarah dakwah di Maroko ?
3.      Bagaimana sejarah dakwah di Tunisia ?
4.      Bagaimana sejarah dakwah di Libiya ?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    SEJARAH DAN PERKEMBANGAN DAKWAH DI AFRIKA UTARA
Islam pertama kali diperkenalkan ke benua Afrika oleh tentara Arab yang datang ke Mesir dibawah komando Amr bin Al-Ash pada tahun 640 masehi. Tiga tahun kemudian, romawi timur menarik mundur pasukannya dan meninggalkan wilayah yang penduduknya telah menganut agama nasrani itu selanjutnya, wilayah tersebut akhirnya dikuasai oleh kaum muslimin. Pada masa Nabi Muhammad SAW kontak islam dengan afrika adalah ketika hijrah ke habasyah. Para sahabat yang hijrah kesana mendapat perlakuan baik dari masyarakat setempat dan dari Raja Najasyi. Pada masa khalifah Umar bin Al-Khathab panglima Amar bin Al-Ash.menguasai mesir ( 639-644 M ). Setelah mengalahkan tentara Romawi Timur. Kota Fustat dijadikan sebagai ibu kota islam pertama dibenua Afrika.[1]
Selanjutnya pada masa pemerintahan khalifah utsman bin affan, abdullah bin sa’ad bin abi sarah berhasil mengalahkan Romawi Timur dalam sebuah perang yang terjadi di Laut Tengah, dan berhasil menguasai burqoh dan tripoli. Pasukan Abdullah maju terus kearah Carthage, Ibu Kota Romawi Timur di Afrika. Merasa terdesak Romawi menawarkan genjatan senjata. Mendengar berita tersebut, Raja Konstantin III sangat marah ia ingin semua wilayah kekuasaan yang telah jatuh ketangan kaum muslim direbut kembali. Pada saat itu Madinah bergolak karena Khalifah Utsman dibunuh sehingga tidak memungkinkan untuk melanjutkan peperangan.
Kekuasaan islam di Afrika tidak berjalan mulus. Ketika islam masuk sering terjadi peperangan dengan Romawi Timur dan pemberotakan yang dilakukan oleh orang-orang barbar. Keadaan ini berlanjut hingga terjadi pergantian Gubernur dari Hasan bin Nu’man kepada Musa bin Nushair pada tahun 708 M, yaitu pada masa pemerintahan Khalifah Al-Walid (705-715 M). Musa bin Nushair dapat mengatasi berbagai pemberontakan, agar tidak berulang dimasa mendatang, ia menempatkan orang-orang barbar ke dalam pemerintahan.[2]
Sementara aliran agama islam yang diterima oleh penduduk setempat adalah khawarij, tidak diketahui pasti khawarij menyebarkan islam disana bahkan sekitar tahun 132H (750M) hampir seluruh Afrika Utara menganut aliran itu kaum khawarij menjadikan pahamnya benar-benar mengakar di Afrika Utara terutama di Jabal Nafusa dan daerah Tahart (sekarang bernama Tiaret). Dengan demikian bdakwah di Afrika Utara pertama kali dilakukan oleh bangsa Khawarij. Bahasa Arab juga berkembang sebagai bahasa percakapan dan hal ini bertahan sampai sekarang upaya yang dilakukan oleh bangsa Badui (Arab) yang bermigrasi kesana. Mereka menikah dengan penduduk setempat dan secara bertahap terbentuklah penduduk Barbar-Arab yang sampai saat ini mendiami sebagian besar Afrika Utara.[3]
Mayoritas bangsa-bangsa di Afrika Utara adalah muslim, yang banyak dipengaruhi oleh kaum sufisme dimana mereka sangat berperan besar dalam mengorganisir komunitas pedalaman dan beberapa rezim negara. Warga perkotaan menggunakan  bahasa arab dalam percakapan dan kebudayaan meskipun di wilayah Afrika Selatan Saharan dan wilayah pegunungan menggunakan bahasa Berber sebagai bahasa umum dan menjadi basis bagi identitas kultural.
Sejak periode awal Islam sampai abad ke-19, sejarah masyarakat muslim Afrika Utara berlangsung dalam dua motif utama, yaitu pembentukan negara dan islamisasi. Penaklukan yang dilakukan oleh bangsa Arab memberikan dorongan baru bagi pembentukan negara dan pengorganisasian masyarakat Afrika Utara menjadi komunitas muslim. Penaklukan tersebut juga mengantar pada pelembagaan islam bagi warga masyarakat Afrika Utara. Dimulai dari abad ke-8 madzab hukum Maliki berkembang dengan pesat di seluruh penjuru Afrika Utara dan bertahan sebagai administrasi hukum, pendidikan, dan legitimasi yang paling utama sampai abad ke-19. Dalam dua abad kemudian sufisme juga terlembagakan dan menjadi basis utama dalam pengorganisasian warga pedalaman. Sebagian dari sejarah Afrika Utara dari abad ke-13 sampai abad ke-19 dapat dinyatakan dalam beberapa hal sehubungan dengan pengaruh negara dan sufi. Akhirnya penaklukan bangsa Arab juga memberikan Afrika Utara sebuah identitas Arab yang ditimbulkan oleh gelombang migrasi Arab, dan melahirkan negara yang di dominasi oleh bangsa Arab.
B.     Sejarah Dakwah di Maroko
Mayoritas penduduk Maroko adalah beragama islam dan masuk dalam golongan Muslim Sunni, maka tak heran sepanjang perjalanan sejarah negeri ini banyak dipelopori oleh gerakan pembaharuan yang berawal dari gerakan tarekat. Sementara itu Ernest Gellner merumuskan bahwa model paling berpengaruh tentang sejarah islam di Maroko adalah sepanjang sejarah islam Maroko terombang ambing antara agama kaum borjuis kota yang melek huruf, puritan skripturalis, dan agama suku-suku buta huruf di pedesaan yang ritualistis-antropolatrous.[4]
Islam pertama kali dibawa ke Maroko pada tahun 680M oleh invasi Arab dibawah Uqba ibn Nafi, seorang jendral yang melayani Damaskus dibawah bani Umayyah. Tetapi catatan lain menyebutkan bahwa agama Islam kali pertama dibawa ke Maroko oleh orang Arab yang menyerbu wilayah itu pada tahun 683M. 
Penaklukan wilayah Afrika Utara memakan waktu 53 th. Penyebaran Islam di Maroko dilanjutkan oleh Panglima Musa bin Nushair pada tahun 698 bersamaan dengan penaklukan benteng-benteng di dekat samudra Atlantik. Seorang jendral bernama Thariq bin Ziyad berjihad ingim menaklukkan Spanyol melalui Maroko pada th 710 M dan ekspidisinya itu sukses. Thariq bin Ziyad yang diangkat Musa bin Nusair untuk memerintah Maroko setelah ditaklukkan.
Maroko memang mempunyai peranan besar dalam sejarah Islam, terutama dalam menyebarkan Islam di wilayah Afrika Utara dan sebagai pintu gerbang masuknya Islam ke Spanyol (Andalusia), Eropa. Segala persiapan ekspansi Islam ke daratan Eropa dilakukan melalui negeri ini. Setelah dinasti Umayyah jatuh ke tangan dinasti Abbasiyah, Maroko menjadi kekuasaan bani Abbas. Kemudian di negeri ini muncul dinasti-dinasti kecil. Pada tahun 172H/789M, Idris I bin Abdullah, salah seorang keturunan Ali ra dapat membentuk pemerintahan Idrisid, yang kemudian bertahan hingga tahun 364H/974M. dinasti syiah yang pertama, sehingga merupakan tantangan bagi Khalifah Harun Ar-Rasyid dari dinasti Abbasiyah di Baghdad yang bercorak Sunni. Tahun 177 H Idris dibunuh oleh Sulaiman As Sammakh dengan racun. Naiklah Idris II yang dianggap pendiri sebenarnya Dinasti Idrisid. Pada masanya, dinasti ini banyak mencapai kemajuan, terutama dibidang kebudayaan Islam. Tahun 213H Idris II meninggal. Semua penggantinya lemah kecuali Yahya bin Muhammad dan Yahya IV. Di tangan Yahya IV, dinasti ini mencapai masa keemasannya.
Pada abad ke-8 berdirilah beberapa pemerintahan islam (syiah) di Maroko yang memisahkan diri dari kekhalifahan abbasiyah seperti bani Midrar dan bani Idrisiyah. Antara tahun 909-1171, Maroko dikuasai pemerintahan Fatimiyah yang berpusat di Mesir. Sedangkan antara tahun 1470-1553, Maroko dikuasai bani Watthas berpusat di Fez sampai akhirnya dikuasai al-asyraf al-sa’diyah pada awal abad ke-16. Al-asyraf merupakan salah satu kelompok yang berkuasa di Maroko, yang didirikan oleh Abu Abdullah Muhammad Al-Qaim yang berjasa melawan orang-orang nasrani. Maroko memiliki tradisi keilmuwan islam yang berkembang dengan pesat dari dulu hingga kini.
Dengan demikian, sepanjang perjalanan gerakan dakwah di Maroko lebih diwarnai gerakan-gerakan dalam bentuk tarekat yang kemudian banyak didistrorsi oleh pemerintah. Sehingga para dakwahnya lebih pada perpaduan antara bentuk sufisme dan pemerintahan yang berkuasa, disamping gerakan pemurnian agama yang tidak pernah padam ditengah-tengah masyarakat.

C.    Sejarah Dakwah di Tunisia
Hampir sejak awal diperkenalkan islam ditunisia, mayoritas penduduk muslim negeri ini merupakan kaum sunni yang mer madzhab maliki dan hanafi. Tetapi untuk kepuasan batin, gerakan islam di Tunisia tidak lepas dari penganut tarekat. Disini banyak sekali tarekat yang nambah dan berkembang dalam kehidupan masyarakat.
Tidak begitu banyak sejarah yang bisa didapat untuk menyelusuri masuknya Islam ke negeri ini. Namun, sedikit fakta sejarah menunjukkan bahwa islam masuk dan mulai berkembang di Tunisia pada masa dinasti umayyah tatkala mulai melebar kekuasaannya ke Barat hingga Tunisia. Artinya Tunisia adalah tanah kharajiyah, tanah yang ditaklukkan oleh kaum Muslim. Pada abad ke-7 sesudah masehi, kekhalifahan umayyah di Damaskus di bawah komandan Uqbah seorang sahabat Rasulullah mengirimkan para mubaligh dan pasukannya ke Afrika Utara masuk Tunisia bersama pasukannya. Uqbah berhasil menaklukkan Sbeitla (Sufetula) yang menandai bermulanya era Arab-Islam di Tunisia. 13 tahun kemudian Uqbah berhasil menaklukkan kota Kairouan dan kemudian menjadikannya sebagai ibu kota pemerintahan dan pusat penyebaran islam di wilayah Afrika Utara. Tahun 683, komandan Uqbah beserta seluruh tentaranya berhasil menaklukkan kota Kiwaran (selatan Tunisia) yang sekarang disebut Maroko dan mendirikan masjid pertama di Afrika.
Sejak saat itu perkembangan Islam di Tunisia setapak demi setapak mulai menunjukkan hasilnya. Keyakinan-keyakinan warga setempat pada agama dan kepercayaan dari nenek moyang mereka, termasuk budaya-budaya jahiliyah lainnya, sedikit demi sedikit terkikis habis. Setelah berbenturan dengan pemahaman islam masyarakat mulai sadar bahwa apa yang mereka lakukan selama ini adalah suatau perbuatan yang “bodoh” dan menyesatkan. Mereka merasa mendapatkan sesuatu yang lain tatkala mereguk “manisnya” islam. Islam telah memberikan ketentraman dan menyejukkan hati mereka. Agama islam mendapatkan sambutan yang luar biasa.
Pada tahun 748M dinasti Umayyah digantikan oleh abbasiyah. Hal ini menyebabkan Tunisia terlepas dari pengawasan pusat kekhalifahan, namun kemudian dapat dikuasai lagi oleh dinasti Abbasiyah 767M. Pada tahun 800M Ibrahim ibn Aghlab ditunjuk sebagai gubernur Afrika Utara yang berkedudukan di Kairouan. Pada masa ini, masjid agung Ezzitouna didrikan di kota Tunis.
Masa-masa selanjutnya adalah era kejayaan peradaban Islam di Tunisia dan kawasan Arab Maghribi. Di masa Khilafah Utsmaniyah Tunisia menjadi wilayah otonom di bawah pemerintahan dinasti Dey (1591-1659), Mouradi (1659-1705), dan Huseini (1705-1957). Karena itulah, Kairouan dan Mahdia kini menjadi kota tujuan wisata sejarah Islam terpenting di Tunisia, selain masjid Ezzitouna di kota Tunis. Semenjak itu Tunisia diperintah oleh penguasa-penguasa Islam. Kemudian tahun 1881 M Muhammad Sadiq, raja dari kerajaan Hunaysiyah menyerah pada Prancis, dan Tunisia menjadi jajahan Prancis sampai dengan memperoleh kemerdekaannya pada tahun 1965M.
Tujuan akhir dakwah di Tunisia adalah membangun sebuah masyarakat islam, tetapi pendekatannya adalah dari bawah keatas, sebagai pembangun masyarakat, indifidu harus diperbaharui terlebih dahulu sebelum masyarakat dapat diperbaharui. Konsep pembaharuan kunci mereka adalah tashlik ( memulihkan, memperbaiki ) dan tujuan mereka adalah menciptakan individu-individu yang solih ( bener, bijak, baik ) sebagai sarana untuk mencapai sebuah susunan masyarakat muslim sejati. Dan sebagai penyebab utama gagalnya dakwah menjadi populer adalah ketidak selarasan dengan praktik keislaman di Tunisia.[5] Akan tetapi, dibalik identitas nasional sekuler masyarakat Tunisia tetap memiliki sentimen islam yang kuat dan islam tetap bertahan sebagai potensi yang potensial.

D.    Sejarah Dakwah di Libya
Libya merupakan negara dari pemerintahan usmani yang mendirikan renzim utama diwilayah Tripolitania, cyrenaica dan fezzan. Selama hampir sembilan sanusiyah mewakili gerakan revivalis islam yang kuat yang menundukkan unsur-unsur ekonomi dan agama hampir tersebar di seluruh kawasan libya. Gerakan yang didirikan oleh Muhammad ibn Ali al-sanusiyah yang hendak dicapai dalam gerakan dakwahnya adalah mengajak kembali pada ajaran Al-Qur’an dan hadist dan mengembangkan hak orang beriman agar menggunakan ijtihad untuk mengembangkan ajaran-ajaran islam dan dengannya orang islam harus menjalani kehidupannya. Gerakannya berusaha menyatukan seluruh umat muslim dalam persaudaraan dan memberikan kontribusi bagi penyebaran dan refitalisasi islam.[6]
Sejarah kehidupan muslim kontemporer libya banyak berubah setelah kudeta yang telah dilakukan mu’amar qodzdzafi pada tahun 1969 sistem monarki diganti menjadi anakronisme politik. keputusan paling awal rezim menyangkut sejumlah referensi nasionalis dan islam, serta aturan-aturan substansif. Diantaranya diberlakukan kembali hukum pidana atas dasar Al-Qur’an serta pelarangan alkohol dan klub malam mengindikasikan pengakuan terbuka terhadap islam sebagai kekuatan pembimbing dalam kekuatan politik negara.[7] Peraturan-peraturan baru yang diturunkan dari praktik hukum mazhab maliki dibuat untuk mempertahankan hukum-hukum yang ada sepanjang masih sesuai dengan prinsip-prinsip syariah dan menggunakan hukum adat ( ‘urf ) apabila dipandang dapat diterapkan. Sebagian sunah yang dapat dijadikan hukum suyariah sementara ijtihad metode yang dapat deterima untuk memperluas ruang lingkup syariat di dunia modern.
Sistem politik yang telah diterapkan dianggap radikal, kemudian mendapat reaksi keras dari para ulama yang pada akhirnya kemudian melahirkan gerakan aksi islam bawah tanah di antaranya Hizb-al-Tahrir al Islami gerakan sejenis ihkwanul muslimin sekaligus merupakan gerakan oposisi bagi pemerintahan Qadzdzafi.[8] Qodzdzafi merupakan tokoh idiologi arab dan islam radikal. Doktrin revolusionernya yang permama merupakan kopi dari ideologi Nesseriyah yang menyerukan persatuan Arab, menentang kolonialisme dan Zeonisme, dan kepemimpinan bangsa libya dalam merancang persatuan dan perjuangan bangsa arab menghadapi israel.
Libya sebagai bentuk gerakan dakwah kontemporer banyak dipengaruhi dan terpusat oleh kebijakan pemerintah yang berkuasa saat itu. Sehingga birikrasi ( unsur politik ) sangat menonjol memegang keputusan dan memeberikan corak dalam setiap aktifitas keislaman.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan islam di libya :
1.      Faktor sosial ekonomi
Libya merupakan negara penghasil minyak terbesar di Afrika. Banyaknya kandungan minyak tidak sebanding dengan sumber daya manusia yang memadai. Oleh karena itu didatangkan tim ahli dalam luar negeri untuk melakukan pekerjaan dengan penjualan minyak yang terus meningkat membuat pendapatan perkapita cukup tinggi sekitar 8.640 dolar pada tahun 1980. Selain itu di bidang pertanian dan peternakan merupakan penyerap tenaga kerja terbanyak dalam masyarakat libya.
2.      Faktor Politik-Hukum
 Dalam urusan politik pemerintahan libya merupakan negara yang berbentuk Republik Sosial yang dipimpin oleh seorang presiden. Libya menganut satu partai yaitu partai sosial arab. Tahun 1969 terjadi perubahan konstitusi dimana telah membentuk kongres rakyat nasional memilih anggota membentuk kongres rakyat nasional memilih anggota sekretaris jendral, cabinet dan penetapan mahkamah agung sebagai kekuatan yudikatif tertinggi.
Libya yang menyatakan negaranya committed terhadap penghapusan imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuknya, telah menyatakan dukungan dan memberikan bantuan kepada gerakan-gerakan pembebasan diberbagai negara diluar afrika seperti kepada malta ketika negara tersebut menghadapi persengketaan dengan inggris. Republik arab libya dibawah pemerintahan komando dewan revolusi yang diketuai kolonel moamar gaddafi telah tumbuh sebagai negara islam baru di dunia arab berkembang terus sesuai dengan cara-cara yang mereka anggap baik. Libya sebagai bentuk gerakan dakwah kontemporer hanya dipengaruhi dan terpusat oleh kebijakan pemerintah yang berkuasa saat itu. Sehingga birokrasi sangat menonjol dalam memegang keputusan dan memberikan corak dalam setiap aktifitas keislaman.[9]


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Secara historis dakwah islam masuk dan menguasai Afrika Utara dan menjadikan sebagai salah satu bagian provinsi dari dinasti bani umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas wilayah Afrika Utara terjadi di zaman khalifah Abdul Malik (685-705). Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari khalifah bani umayyah memakan waktu kurang lebih selama 35 tahun. Wilayah Afrika Utara inilah yang kemudian menjadi batu loncatan untuk masuknya islam di daratan Eropa, yaitu Spanyol.
Mayoritas bangsa-bangsa di Afrika Utara adalah muslim, yang banyak dipengaruhi oleh kaum sufisme dimana mereka sangat berperan besar dalam mengorganisir komunitas pedalaman dan beberapa rezim negara. Warga perkotaan menggunakan  bahasa arab dalam percakapan dan kebudayaan meskipun di wilayah Afrika Selatan Saharan dan wilayah pegunungan menggunakan bahasa Berber sebagai bahasa umum dan menjadi basis bagi identitas kultural.
Sejak periode awal Islam sampai abad ke-19, sejarah masyarakat muslim Afrika Utara berlangsung dalam dua motif utama, yaitu pembentukan negara dan islamisasi. Penaklukan yang dilakukan oleh bangsa Arab memberikan dorongan baru bagi pembentukan negara dan pengorganisasian masyarakat Afrika Utara menjadi komunitas muslim. Penaklukan tersebut juga mengantar pada pelembagaan islam bagi warga masyarakat Afrika Utara. Dimulai dari abad ke-8 madzab hukum Maliki berkembang dengan pesat di seluruh penjuru Afrika Utara dan bertahan sebagai administrasi hukum, pendidikan, dan legitimasi yang paling utama sampai abad ke-19. Dalam dua abad kemudian sufisme juga terlembagakan dan menjadi basis utama dalam pengorganisasian warga pedalaman. Sebagian dari sejarah Afrika Utara dari abad ke-13 sampai abad ke-19 dapat dinyatakan dalam beberapa hal sehubungan dengan pengaruh negara dan sufi. Akhirnya penaklukan bangsa Arab juga memberikan Afrika Utara sebuah identitas Arab yang ditimbulkan oleh gelombang migrasi Arab, dan melahirkan negara yang di dominasi oleh bangsa Arab.


DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. 2014. Sejarah Dakwah, Jakarta: Imprint Bumi Aksara.
Elizabeth, Islamic Low in Libya, Analisis of Selectet Lows Enacted Since the 1969 Revolution, (London,----,1977).
Harun, Lukman. 1985. Potret Dunia Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas.
Ira, M. Lapidus. 1999. Sejarah Sosial Umat Islam, Bag. III (Jakarta: Rajawali Press).
John, L. Esposito. 2002. Ensiklopedi Owford: Dunia Islam Modern, (Jakarta: Mizan).
Maryam, Siti. 2012. Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: Lesfi)




[1] Samsul Munir Amin, Sejarah Dakwah, Jakarta: Imprint Bumi Aksara, 2014. hlm 214.
[2]Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: Lesfi, 2012), hlm. 222.
[3]Siti Maryam, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik Hingga Modern, (Yogyakarta: Lesfi, 2012), hlm. 223.
[4] John, L. Esposito, Ensiklopedi Owford: Dunia Islam Modern, (Jakarta: Mizan, 2002). Hlm 55.
[5] John, L. Esposito, Ensiklopedi Owford: Dunia Islam Modern, (Jakarta: Mizan, 2002). Hlm 57.
[6] Ira, M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam, Bag. III (Jakarta: Rajawali Press, 1999). Hlm 251-252.
[7] Elizabeth, Islamic Low in Libya, Analisis of Selectet Lows Enacted Since the 1969 Revolution, (London,----,1977)
[8] John, L. Esposito, Ensiklopedi Owford: Dunia Islam Modern, (Jakarta: Mizan, 2002). Hlm 279.
[9] Lukman Harun, Potret Dunia Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985. Hlm 101.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Makalah Motivasi dan Kepemimpinan

Motivasi Dan Kepemimpinan Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Sumber Daya Manusia  Dosen Pengampu : Dr. H. Abdul Choliq, MT.,...